‘EkaTanya’, Kupas Cara Merubah Mindset Olah Sampah & Fungsikan Bantaran Sungai, Pakai StungtaXPindad - Bisakah?



'EkaTanya' berasa diskusi panel yang sukses mengupas pentingnya ada perubahan mindset atasi sambah dan persoalan bantaran sungai di Bandung Raya khususnya.



 

Bandung Raya  --  Lagi, tokoh Jawa Barat mantan Ketua DPRD Jabar (1999 – 2004) dan mantan anggota DPR RI (2004 -2009), untuk kali kedua setelah yang pertama membahas seputar karya maestro perupa Umar Sumarta (73), kali ini di tempat yang sama di Kawasan Ekowisata dan Budaya Alam Santosa di Pasir Impun, Cimenyan, Kabupaten Bandung (30/7/2021), menggosok tema seputar – Kumaha (bagaimana) merubah mindset olah sampah dan fungsi bantaran sungai di Bandung Raya, pakai StungtaXPindad, bisakah ?

 

Unuknya, hadir pada kesempatan ini sejumlah nara sumber yang terbilang handal, tersebab mereka cukup memahami seluk-beluk persoalan lingkungan yang sudah terbilang akut, “Ya, persoalan bagaimana mengolah sampah yang harus habis di hulu. Tak dibawa hingga ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Itu tak  efisien dan efektip itu, sudah lama jadi beban rutin kita. Juga bantaran sungai atau kali di Bandung Raya masih amburadul penataannya gara-gara banyak sampah,” kata Boy Hidayat, aktivis dari DPP Gerakan Hejo yang turut hadir dalam podcast ‘EkaTanya’ ini sebagai pengamat.


Nara sumber ‘EkaTanya’ yang kali ini penerapannya lebih terasa layaknya diskusi panel, karena jumlah naras sumber yang lebih dari 3 orang, “Ya, tak mengapalah, ini kan golden moment karena kepakaran dari para nara sumbernya dirasakan cukup mumpuni untuk melakukan perubahan hingga ke tahap implementasi di lapangan. Lagian susah loh, mengumpulkan mereka,” jelas Boy Hidayat.


Jelasnya nara sumber ‘EkaTanya’ kali ini terdiri atas Kolonel Inf. Eppy Gustiawan, Dan Sektor 22 Citarum Harum; Dudy Prayudi Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung; Didi Riswandi Kepala Dinas PU Kota Bandung; Endan selaku KSS Hukum dan Komper, mewakili Perum Perhutani Bandung Utara KPH; Betha Kurniawan, Direktur PT. Top Tekno Indo (Hejotekno) selaku penggagas mesin Pemusnah sampah ramah lingkungan merek StungtaXPindad yang disertai Rusli selaku General Marketing PT.Pindad; serta Perwakilan dari Komunitas GBB (Gowes Baraya Bandung).      

 


Ngagugulung Sampah ?  

 


Tema Podcast ‘EkaTanya’ yang penyelengaraannya berasa ‘diskusi panel’ dengan kisaran pembahasan  kumaha alias bagaimana merubah mindset (pola pikir) mengolah sampah agar habis dihulu, serta kumaha pula memfungsikan bantaran sungai di Bandung Raya, menurut Eka Santosa:

 


Kol. Inf. Eppy Gustiawan, Dan Sektor 22 Citarum Harum (kemeja kuning) - targetkan bantaran sungai di Bandung Raya bersih dari hunian - "Harus dipercantik, agar bisa menjadi daerah tujuan wisata."



“Memang ini esensi bahasan kali ini. Malu atuh, sudah 76 tahun kita merdeka masih ngagugulung soal sampah yang tak ada habis-habisnya,” ujar Eka seusai diskusi ini digelar yang dibarengi sesi jalan bersama para nara sumber ke bukit atau lapangan ‘Persahabatan Asia-Afrika’ di Alam Santosa yang luasnya sekitar 5 ha, yang kini rimbun oleh hutan buatan, padahal ini dulu adalah tanah kritis penyebab longsor dan banjir di Bandung Timur.

 

Jalannya podcast ini cukup menarik perhatian tatkala Eppy Gustiawan menjelaskan kiprahnya hampir dalam satu tahun ini:”Fungsi bantaran sungai di Kota Bandung dan Bandung Raya, memang dalam 30 tahun terakhir ini sudah berubah. Berangsur-angsur meneruskan Dan Sektor sebelumnya, kini mulai ditata,” ujarnya dengan menambahkan – “Yakinlah bila bertahap, bantaran sungai ini difungsikan sebagai ruang publik atau destinasi wisata, akan berubah fungsi sungai itu, tak hanya sebagai TPS (Tempat Pembuangan Sampah).”

 

Sementara itu niatan baru dan beberapa hal sudah dilakukan oleh duet Kadis LH dan PU Kota Bandung Dudy Prayudi dan Didi Riswandi:


































Bersepakat menata dan mengolah lingkungan lebih baik, di antaranya pengolahan sampah dan fungsionalisasi bantaran sungai di Bandung Raya secara terintegrasi 



”Kedua Kadis Kota Bandung ini tadi sudah paham ternyata, konsep pemusnahan sampah di hulu yang melibatkan masyarakat selama ini seperti ‘Kang Pisman’, dan idealisasi bantaran sungai, ke depan bisa dipadukan dengan program KAMISAMA (Kawasan Minimasi Sampah Mandiri). Salah satu caranya, menempatkan mesin StungtaXPindad sebagai salah satu motornya. Ya, motor pemusnahan sampah ramah lingkungan di hulu. Ini kan, tak perlu lagi memperkosa TPA Sarimukti di Cipatat KBB yang sudah overload. Tambahan, TPA Legok Nangka di Nagreg hingga saat ini belum kelar-kelar dengan segudang masalahnya,” kata Eka Santosa.

 

Lebih jauh menurut Eka Santosa yang saat podcast kala itu menghadirkan perwakilan dari pihak Perum Perhutani Jabar-Banten, kembali mengingatkan kita,”Kapasitas harian TPA Sarimukti itu hanya sekitar 2.000 ton sampah per hari, sedangkan sampah harian Bandung Raya itu sekitar 6.000 ton. Nah, yang sisanya 4.000 ton itu biasalah slandap-selendep dibakar liar, disimpan di bantaran sungai atau malah dibuang ke sungai! Perpres No. 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum, itu memang harus hadir karena di mata kami (Gerakan Hejo) Pemda yang menghabiskan 3 gubernur Jabar dengan dana triliunan rupiah,  sudah memble. Hanya Presiden dan TNI yang bisa mengendalikan ini. Masalahnya, usia Perpres ini tinggal 3 ata 4 tahun lagi, setelah ini selesai akan bagaimana?”

 


Solusi KAMISAMA



Salah satu gong dari podcast ini, Betha Kurniawan yang hadir dengan menampilkan maket dari KAMISAMA yang dalam praktinya hanya membutuhkan lahan sekitar 200 m persegi untuk menempatkan StungtaXPindad yang sudah dilaunching oleh Gubernur Jabar Ridwan Kamil pada 3 September 2020 di Gedung Pakuan Bandung:” Ini bukan karya Hejotekno, Gerakan Hejo, bukan pula PT. Pindad, melainkan produk rereorangan atau gotong-royong warga Jabar,” kata Betha.   

 

Dijelaskan Betha inovasi pemusnah sampah ramah lingkungan ini, mampu menangani masalah sampah secara smokeless (nir asap), kinerja mesin pembakarnya berbasis teknologi ramah lingkungan, dan hemat enerji, dan mobiling (dapat dipindahkan). Pembakarannya sempurna pada suhu 800 – 1200 derajat C, sehingga diminimasi menjadi sekitar 5% dari volume sampah awal. “Sinergikan saja denga TPS 3 R (Tempat Pemungutan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle). Akhirnya, sampah di setiap kelurahan, RW dan Kecamatan, tak usah dikumpul-kumpulkan lalu dibawa pakai truk ke TPA, misalnya. Saat ini sudah bisa habis di hulu di tingkat warga. Ini akan jauh mengurangi beban TPA yang selalu bermasalah,” jelas Betha sambil menambahkan – “Spesifikasi dan kemampuan StungtaXPindad, serta perangkat penunjang lainnya, ada di medsos atau dunia maya. Silahkan digoogling saja.”        



Mari menata lingkungan secara bergotong-royong yang kini sudah mulai banyak dilupakan orang ...



 

Alhasil di akhir gelaran ‘EkaTanya’ kali ini Eka Santosa yang juga sedang berulangtahun ke-60 lebih, yang hari itu didampingi co host Harri Safiari, kini kita menunggu sejenak, aksi lanjutan dari diskusi hari ini, apa yang akan terjadi? Persoalan bagaimana merubah mindset kita daam hal persampahan dan lingkungan secara umum:

 

”Sekarang kelihatannya sudah mulai sinergi antar para Kepala Dinas dan Dan Sektor yang selama ini berjibaku membersihkan sampah di bantaran dan sungai di Bandung Raya. Tinggal pelaksanaannya di lapangan, mari kita rojong bersama oleh berbagai kalangan, termasuk itu tuh komunitas GBB yang terkenal militan pada lingkungan.” (Harri Safiari).

 


‘EkaTanya’, Kupas Cara Merubah Mindset Olah Sampah & Fungsikan Bantaran Sungai, Pakai StungtaXPindad - Bisakah?  ‘EkaTanya’, Kupas Cara Merubah Mindset Olah Sampah & Fungsikan Bantaran Sungai, Pakai StungtaXPindad -  Bisakah?    Reviewed by Harri Safiari on 13.56 Rating: 5

Tidak ada komentar