Abah Landoeng Terkait Aksi Pawang Hujan di MotoGP Mandalika: Kearifan lokal, Boleh Percaya atau Tidak …

 


Abah Landoeng yang masih bergiat salah satunya bergabung sebagai aktivis lingkungan hidup di DPKLTS (Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda) bersama mantan Gubernur Jabar 1970 - 1974 Solihin GP - 'Pawang hujan itu kearifan lokal siapa tahu kini menjadi kearifan global, boleh percaya atau tidak pokoknya beleive or not', ujanya dengan nada canda. (Foto: Dok Pribadi).   




  

Algivon  -- Abah Landoeng pria kelahiran tahun 1926 yang salah satunya dikenal sebagai pria multi facet, terkadang ia disebut sebagai ‘legenda idoep’ hingga era milenia 2022 ini. Sebagai pensiunan guru aljabar dan fisika SMPN 5 dan SMPN 2 Kota Bandung yang hidupnya penuh dengan ‘asam garam dunia’, ia angkat bicara (21/3/2022) terkait aksi pawang hujan  Rara Istiani Wulandari yang bikin ‘geunjleung’ (heboh) seantero jagat saat gelaran MotoGP 2022 di Sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat pada Minggu (20/3/2022).

 

“Abah selain kagum sama Mbak Rara atas upayanya membantu bikin lancar jalannya MotoGP di Mandalika pada Minggu, pakai rekayasa cuaca ala tradisi, itu kan kearifan lokal. Ya bagus saja. Hanya, disayangkan mengapa masih ada yang menertawakan, malahan katanya bikin malu bangsa.  Kenapa ya, kita koq seperti tak percaya diri? Di luar negeri pawang hujan ini juga ada, walau tak menonjol,” jelas Abah Landoeng kepada redaksi yang setahu kita pada usianya yang ke-75 tahun tepatnya tahun 2001, ia seorang diri berhaji ke Tanah Suci Arab Saudi  - hanya berbekal tekad baja menggowes dengan sepeda onthel!

 

Lebih jauh kata Abah Landoeng yang seakan curhat,”itu saat Mbak Rara beraksi di Mandalika, Abah Abah baca sama lihat di medsos, selain banyak yang kagum ada juga yang berteriak dengan nada cemooh. Tetapi sudahlah itu, ini kan kekayaan adat istiadat dan budaya kita. Sebenarnya, sama sekali tidak melawan kekuasaan Yang Maha Kuasa. Pawang hujan itu berdamai dengan kekuatan yang supra natural, hanya merekayasa sejenak kondisi cuaca. Tak ada yang salah kan?”ujarnya sambil menambahkan – “Boleh percaya atau tidak, Abah diberi kemampuan ini sejak tahun 1954 dari Pak Karno Presiden RI I sebelum KAA 1955 di Kota Bandung. Sampai sekarang masih Abah jalankan, alhamdulillah tiap minggu apalagi kalau musim hujan ada saja yang manggil Abah…”

 

Berkat Garam  

 

Masih kata Abah Landoeng terkait aksi ‘geunjleung’ Mbak Rara di Mandalika, “ternyata dia itu kan bagian dari tim modifikasi cuaca yang kerjasama dengan BMKG. Biasanya kan menebar garam Nacl  dalam beberapa kali shorty penerbangan di seputar Mandalika,” ujarnya.


“Jadi kalau masih ada yang mencemooh aksi Mbak Rara di Mandalika, padahal mah biarkan saja.  Ini kan bagian dari kearifan lokal kita saja,” yang diketahui Abah Landoeng buka sedikit rahasia, biasanya untuk melakukan jasa pengendalian hujan ini, tak sembarangan ternyata – “Biasa, Abah lakukan puasa beberapa hari sebelumnya. Di lapangan pas waktunya hanya berbekal beberapa botol air mineral dalam kemasan, dan dan beberapa bungkus rokok untuk diambil asapnya. Katanya sih asap ini, sebagai simbol untuk memindahkan awan bibit hujan itu sementara saja ke tempat lain” ujarnya lagi.

 

Berlanjut tentang fungsi garam serta pernak-pernik lainnya, ternyata dalam modifikasi hujan yang digunakan dalam jasa pawang hujan selain di Indonesia, terkadang dilakukan juga di Afrika selatan, Jepang, Thailand, “termasuk di Inggris (rain handler) dengan pendekatan yang modern berbiaya cukup mahal,” kata Abah Landoeng yang kini tinggal bersama istrinya Ibu Sani di Jl. Sentral Cibabat betulan Gang Jameng Kota Cimahi, Jawa Barat.

 

Kata Kang Asep GP  

 

Terpisah redaksi mengontak warga Kota Bandung yang tinggal di daeah Jalan Pajajaran Kota Bandung, ini sesuai tuturan Abah Landoeng,”coba minta pendapat dari Kang Asep GP yang tahu persis dan pernah melakukan kajian cukup mendalam tentang tradisi pawang hujan sebagai kearifan lokal bangsa kita:

 

“Benar, saya beberapa kali pernah mengikuti para pawang hujan di beberapa daerah Bandung, dan Limbangan Garut di Jawa Barat, memang keakhlian ini sebagai kekayaan bangsa kita. Tak usah dipandang sebelah mata,” ujarnya sambil menambahkan – “Tahun 1970-an kala saya masih usia SD di Bandung jasa pawang hujan ini kerap digunakan dalam berbagai acara khitanan, pernikahan, hingga pawai saat Marching Band Unpad  SPDC tahun 90-an cukup ampuh memindahkan hujan, dan acara jadi sukses, tapi ya percaya atau tidaklah, itu tergantung keyakinan kita.”

 

Walhasil, perkara ‘geunjleung’ aksi Mbak Rara Istiani di Sirkuit Mandalika baru-baru ini, menurut beberapa kalangan yang redaksi hubungi, di antaranya:”Anggap saja sebagai gimik atau adegan yang khusus dan menarik perhatian. Ini kan sebagai pemanis kalau kita menawarkan barang dalam ilmu marketing,” papar Tedy Ruswandi (43) seorang yang membidangi sales marketing dunia otomotiv di Kota Bandung.

 

“Buktinya, usai aksi pawang hujan di Sirkuit Mandalika yang heboh tak di dalam negeri, di luar negeri juga. Ini pintu masuk, kalau pandemi Covid-19 usai, turis mancanegara pada datang ke Mandalika. Ini hikmah lain dari pawang hujan, yang memikat jutaan pasang mata penonton siaran langsung TV sedunia,” pungkas Tedy Ruswandy. (Harri Safiari)

Abah Landoeng Terkait Aksi Pawang Hujan di MotoGP Mandalika: Kearifan lokal, Boleh Percaya atau Tidak … Abah Landoeng Terkait Aksi Pawang Hujan di MotoGP Mandalika: Kearifan lokal, Boleh Percaya atau Tidak … Reviewed by Harri Safiari on 06.35 Rating: 5

Tidak ada komentar