Semakau – Singapura, Pulau Sampah Menjadi Surga Ekologi, Ini Kunci Suksesnya!

O P I N I 


 



Sosok Pulau Semakau di Singapura (Foto: Ist).



 


Oleh: Supardiyono Sobirin/ DPKLTS

 

 


1.            Pulau Semakau memang dikenal sebagai "pulau sampah" Singapura karena menjadi tempat pembuangan akhir (TPA) nasional sejak tahun 1999.

Pulau ini terletak sekitar 8 kilometer dari daratan utama Singapura dan memiliki luas sekitar 350 hektar. Pembangunannya dilakukan dalam dua fase, dengan memanfaatkan abu hasil pembakaran sampah untuk memperluas daratan.

 

2.            Meskipun namanya "pulau sampah", Semakau bukan sekadar tempat pembuangan biasa. Pulau ini dikelola dengan teknologi canggih untuk mengendalikan dampak lingkungan, antara lain:

a)            Sistem drainase: Air hujan dialirkan dan diolah sebelum dilepaskan ke laut.

b)            Lapisan geomembran: Mencegah kontaminasi air tanah dan laut oleh lindi.

c)            Gas metana: Dikumpulkan dan dibakar untuk menghasilkan energi.

d)            Reklamasi: Area bekas TPA diubah menjadi habitat alami untuk flora dan fauna.

 

3.            Semakau menunjukkan komitmen Singapura dalam mengelola sampah secara berkelanjutan (sustainability). Pulau ini menjadi contoh bagaimana sampah dapat diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat, alih-alih mencemari lingkungan. Kita tahu, hampir di merata tempat di negara kita, mayoritas TPA kerap bermasalah.

 

4.            Berikut beberapa informasi tambahan tentang Pulau Semakau:

a)            Fakta menarik: Semakau adalah rumah bagi berbagai jenis burung dan serangga, bahkan beberapa spesies langka.

b)            Pengunjung: Pulau ini terbuka untuk kunjungan edukasi dengan pengaturan khusus.

c)            Penghargaan: Semakau telah menerima berbagai penghargaan internasional atas pengelolaan sampahnya yang inovatif.

 

5.            Kemampuan Singapura dalam mengelola sampah di Pulau Semakau memang patut diacungi jempol. Kecilnya negara tidak menghalangi mereka untuk berpikiran besar dan visioner dalam mengatasi masalah lingkungan. Berikut beberapa faktor yang berkontribusi pada kesuksesan Singapura:

a)            Kepemimpinan yang Kuat:

●             Singapura memiliki pemimpin yang berkomitmen pada pembangunan berkelanjutan dan berani mengambil langkah inovatif.

●             Kebijakan dan strategi pengelolaan sampah dijalankan secara konsisten dan terarah.

b)           Dukungan Pemerintah:

●             Pemerintah Singapura mengalokasikan anggaran yang cukup untuk penelitian, pengembangan, dan implementasi teknologi pengelolaan sampah yang canggih.

●             Insentif dan regulasi yang diterapkan mendorong partisipasi masyarakat dan sektor swasta dalam upaya pengelolaan sampah.

c) Kolaborasi dan Kemitraan:

●             Singapura menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, seperti akademisi, pakar, dan organisasi internasional, untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman terbaik dalam pengelolaan sampah.

●             Pulau Semakau sendiri merupakan hasil kerjasama antara pemerintah Singapura dan perusahaan swasta.

d) Budaya Disiplin dan Tanggung Jawab:

●             Masyarakat Singapura memiliki budaya disiplin dan bertanggung jawab dalam menjaga kebersihan lingkungan.

●             Mereka taat pada peraturan dan bersedia berpartisipasi dalam program-program pengelolaan sampah.

e) Kesadaran dan Pendidikan:

●             Pemerintah Singapura gencar melakukan edukasi dan kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

●             Program edukasi ini menjangkau berbagai kalangan, mulai dari anak-anak sekolah hingga masyarakat umum.

f) Teknologi dan Inovasi:

●             Singapura terus berinvestasi dalam pengembangan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sampah.

●             Pulau Semakau menjadi contoh nyata penerapan teknologi canggih dalam pengelolaan sampah.

 

6.            Singapura membuktikan bahwa kecilnya negara bukanlah halangan untuk berpikiran besar dan visioner dalam mengatasi masalah lingkungan. Keberhasilan mereka dalam mengelola sampah di Pulau Semakau menjadi inspirasi bagi negara lain untuk menerapkan praktik pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

 

7.            Pada pandangan saya, terkait pengelolaan sampah di negeri kita, sebetulnya dari sisi teknologi bisa dianggap 80% sudah tuntas, tidak perlu lagi teknologi-teknologi lain yang sudah cukup banyak dipraktekkan.

Sedangkan yang belum tuntas adalah tata kelola persampahan, ada 5 hal yang belum beres atau belum tuntas di Indonesia ini

a)            Regulasi yang masih tidak tegas reward and punishment, regulasi yang ada tidak regulated.

b)            Sinergi atau sering dinyatakan dalam bahasa matematis (1+1=3), sinergi memang belum ada. tidak ada, yang ada dis-sinergi (1+1=0)

c)            Dunia bisnis yang ada masih reduksionis tidak berwawasan lingkungan

d)            Partisipasi masyarakat dan ide-ide bottom up belum sempat atau tidak difasilitasi 

e)            Metode selalu berkonsep rutinitas dan linier, tidak ada terobosan.

 

8.            Sekedar masukan solusi untuk 5 Hal yang Belum Beres dalam Pengelolaan Sampah di

Negeri Kita:

a)            Regulasi yang tidak regulated, tidak tegas reward and punishment Alternatif Solusi:

●             Perkuat sanksi bagi pelanggar: Menaikkan denda, menerapkan hukuman pidana, dan/atau membebankan biaya pengelolaan sampah kepada pelanggar.

●             Berikan insentif yang menarik: Memberikan subsidi, keringanan pajak, atau penghargaan bagi individu, komunitas, dan perusahaan yang menerapkan praktik pengelolaan sampah yang baik. 

●             Pastikan penegakan hukum yang konsisten: Membangun sistem pengawasan yang efektif dan menindak tegas pelanggar tanpa pandang bulu.

●             Melibatkan masyarakat sipil: Memberikan ruang bagi partisipasi publik dalam proses pembuatan kebijakan dan pengawasan regulasi.

●             Meningkatkan edukasi dan kesadaran: Melakukan kampanye edukasi publik tentang pentingnya pengelolaan sampah yang bertanggung jawab dan sanksi bagi pelanggar.

b)            Kurangnya Sinergi antar Pemangku Kepentingan Alternatif Solusi:

● Membangun platform kolaborasi: Memfasilitasi komunikasi dan koordinasi antar pemangku kepentingan, seperti pemerintah, swasta, komunitas, dan akademisi.

•             Mengembangkan program kemitraan: Mendorong kerjasama antar sektor untuk mengembangkan dan mengimplementasikan solusi pengelolaan sampah yang inovatif.

•             Membuat peta jalan (road map) pengelolaan sampah nasional: Menetapkan target dan strategi yang jelas untuk mencapai pengelolaan sampah yang berkelanjutan.

•             Mendorong desentralisasi pengelolaan sampah: Memberikan otonomi dan sumber daya yang memadai kepada pemerintah daerah untuk mengelola sampah di wilayahnya.

•             Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi: Membangun platform digital untuk memudahkan koordinasi, komunikasi, dan akses informasi terkait pengelolaan sampah.

c)            Dunia Bisnis yang Reduksionis dan Tidak Berwawasan Lingkungan Alternatif Solusi:

•             Mendorong penerapan ekonomi sirkular: Memberikan insentif bagi bisnis yang menerapkan model bisnis sirkular, seperti daur ulang, penggunaan kembali, dan pengurangan sampah.

•             Menyediakan pelatihan dan edukasi bagi pelaku bisnis: Meningkatkan pemahaman pelaku bisnis tentang pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan praktikpraktik terbaik.

•             Mengembangkan standar dan sertifikasi ramah lingkungan: Memberikan penghargaan bagi bisnis yang memenuhi standar dan sertifikasi ramah lingkungan.

•             Membangun jaringan pengusaha ramah lingkungan: Memfasilitasi pertukaran informasi dan kolaborasi antar pengusaha yang berkomitmen terhadap kelestarian lingkungan.

•             Mendorong konsumen untuk memilih produk ramah lingkungan: Meningkatkan kesadaran konsumen tentang pentingnya membeli produk ramah lingkungan dan mendukung bisnis yang bertanggung jawab.

d)            Partisipasi Masyarakat dan Ide Bottom-Up yang Kurang Difasilitasi Alternatif Solusi:

•             Membangun program pemberdayaan masyarakat: Memberikan pelatihan dan pendanaan bagi komunitas untuk mengembangkan dan mengimplementasikan solusi pengelolaan sampah di lingkungan mereka.

•             Menyelenggarakan forum dan dialog publik: Memfasilitasi diskusi dan pertukaran ide antar masyarakat tentang pengelolaan sampah.

•             Memanfaatkan media sosial dan teknologi digital: Membangun platform online untuk menampung ide, keluhan, dan solusi dari masyarakat terkait pengelolaan sampah.

•             Memberikan penghargaan bagi inovator lokal: Mengakui dan memberikan penghargaan kepada individu dan komunitas yang mengembangkan solusi inovatif untuk pengelolaan sampah.

•             Mendorong partisipasi dalam pengambilan keputusan: Melibatkan masyarakat dalam proses pembuatan kebijakan dan perencanaan terkait pengelolaan sampah.

e)            Metode Pengelolaan Sampah yang Rutin dan Kurang Inovatif Alternatif Solusi: 

•             Mendorong penelitian dan pengembangan teknologi baru: Mendukung penelitian dan pengembangan teknologi inovatif untuk pengelolaan sampah yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

•             Menerapkan solusi pengelolaan sampah yang terdesentralisasi: Mendorong pemanfaatan teknologi pengolahan sampah skala kecil dan terdesentralisasi yang sesuai dengan kondisi lokal.

•             Menyelenggarakan kompetisi dan hackathon: Mengadakan kompetisi dan hackathon untuk mendorong munculnya ide-ide inovatif dan solusi kreatif untuk pengelolaan sampah.

•             Berbagi praktik terbaik: Mempromosikan praktik terbaik dari berbagai negara dan daerah dalam pengelolaan sampah yang inovatif dan efektif.

•             Membangun pusat-pusat inovasi: Mendirikan pusat-pusat inovasi untuk penelitian, pengembangan, dan implementasi solusi pengelolaan sampah yang inovatif.

 

9.            Solusi-solusi di atas hanya merupakan alternatif dan perlu dikaji lebih lanjut untuk menyesuaikannya dengan konteks dan kebutuhan

 

10.          Penutup

a)            Meskipun Singapura merupakan negara kecil, mereka menunjukkan bahwa pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan inovatif seperti Pulau Semakau adalah suatu hal yang sangat mungkin dilakukan di negeri kita. Dengan sumber daya dan potensi yang besar, negeri kita bisa membangun pulau pengelolaan sampah seperti Pulau Semakau.

b)            Namun, untuk mencapai hal tersebut, diperlukan komitmen dan kerjasama yang kuat dari semua pihak, termasuk pemerintah, swasta, komunitas, dan masyarakat. Berikut beberapa poin penting yang perlu diperhatikan:

•             Memperkuat regulasi dan penegakan hukum: Regulasi yang tegas dan penegakan hukum yang konsisten sangat penting untuk mendorong perubahan perilaku dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan pengelolaan sampah.

•             Meningkatkan sinergi dan kolaborasi: Sinergi dan kolaborasi antar pemangku kepentingan sangat penting untuk mengembangkan dan mengimplementasikan solusi pengelolaan sampah yang komprehensif dan efektif.

•             Mendorong partisipasi masyarakat: Partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah, mulai dari pemilahan sampah hingga pengawasan, sangat penting untuk mencapai keberhasilan jangka panjang.

•             Menerapkan teknologi dan inovasi: Pemanfaatan teknologi dan inovasi terkini dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sampah, serta meminimalisir dampak lingkungan.

•             Meningkatkan edukasi dan kesadaran: Edukasi dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang bertanggung jawab merupakan kunci untuk mendorong perubahan perilaku yang berkelanjutan.

c)            Membangun pulau pengelolaan sampah seperti Pulau Semakau di Indonesia mungkin membutuhkan waktu dan usaha yang besar. Namun, dengan tekad dan komitmen yang kuat, serta kerjasama dari semua pihak, hal ini bukan sesuatu yang mustahil.

Mari kita bersama-sama berkomitmen untuk membangun negeri kita yang bersih, sehat, dan berkelanjutan. Ayo, kita bisa dan yakni dapat membuat pulau sampah sejenis, menjadi surga ekologi! (HS/SS).

 

 

Daftar Pustaka

Aboejoewono, A. (2004). Pengelolaan Sampah Menuju ke Sanitasi Lingkungan dan Permasalahannya, Jakarta - Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kardono. (2007). Integrated solid waste management in Indonesian. Proccedings of International Symposium on EcoTopia Scince 2007, ISETS07: 629 – 633.

Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia. (2003). Revisi Standar Nasional Indonesia (SNI) 03 – 3242 -1994 tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman. Jakarta.

Nuraeni, S. W. (2016). Studi Perbandingan Pengelolaan Sampah di Kota Semarang dan Singapura: Fokus pada Pengelolaan Sampah di Pulau Semakau. Universitas Negeri Semarang.

Sari, D. P. (2017). Analisis Perbandingan Kebijakan Pengelolaan Sampah Kota Semarang dan Singapura: Studi Kasus Pulau Semakau. Universitas Diponegoro.

Supriyadi, A. (2014). Pengelolaan Sampah Pulau Semakau Singapura: Sebuah Studi Kasus. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Tan, H. K., & Wong, C. F. (2007). Managing municipal solid waste in Asia: A case study of Singapore's Semakau Landfill. Waste Management, 27(12), 2331-2340.

Wong, C. F., & Ng, S. L. (2011). Semakau Landfill: A Model for Sustainable Waste Management in Singapore. Waste Management and Research, 29(8), 784-794.

 

---ooOoo---



Semakau – Singapura, Pulau Sampah Menjadi Surga Ekologi, Ini Kunci Suksesnya! Semakau – Singapura, Pulau Sampah Menjadi Surga Ekologi, Ini Kunci Suksesnya! Reviewed by Harri Safiari on 11.03 Rating: 5

Tidak ada komentar