Sumber Daya Air Berkelanjutan & WWF di Bali – Rekomendasi Buat Indonesia & DAS Citarum

 O P I N I








Oleh: Supardiyono Sobirin

Anggota Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS), dan Anggota Tim Ahli Satuan Tugas DAS Citarum

 , 

Pemaparan ini ringkasan dari kertas kerja Supardiyono Sobirin dalam kaitan menyambut World Water Forum di Bali (18 – 25/5/2024), yang mengerucut akhirnya pada program rehabilitasi lingkungan di  DAS Citarum.  Kertas kerja ini  dalam versi aslinya, tersaji dalam 20 halaman (bilingual: English & Bahasa Indonesia). Berikut, cuplikannya …

 

Algivon.com -- Penunjukan Indonesia sebagai Tuan Rumah WWF X di Bali 2024, setelah melalui proses seleksi oleh World Water Council. Indonesia dipilih dengan mempertimbangkan komitmen Indonesia dalam pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, serta pengalaman Indonesia dalam menyelenggarakan forum internasional berskala besar.

 

Tema yang diangkat untuk World Water Forum X di Bali adalah "Water for Shared Prosperity" atau "Air untuk Kesejahteraan Bersama". Tema ini menunjukan perhatian serius dunia global akan manajemen isu air demi kepentingan masa depan air untuk kesejahteraan bersama. Air menjadi isu penting yang akan mempengaruhi kualitas kehidupan makhluk hidup pada masa kini dan mendatang, sehingga ketersediaannya harus dipastikan berkelanjutan sebagai kunci kesejahteraan bersama dan   bumi.

 

Lebih lanjut dijelaskan, ada keterkaitan khusus antara momentum Hari Air Dunia pada 22 Maret 2024, dengan penyelengaraan WWF X di Bali, “meskipun keduanya merupakan event yang berbeda,” papar Sobirin Supardiyono.

 

Lebih lanjut hubungan yang saling mendukung antara Hari Air Sedunia dengan WWF X di Bali, di antaranya, dalam hal peningkatan kesadaran global, pentingnya pengelolaan air yang berkelanjutan; mempromosikan kerjasama internasional dalam mengatasi tantangan terkait air; serta mendorong aksi nyata mengatasi krisis air di seluruh dunia.

 

Lainnya, disinggung pula peranan media dalam hal liputan dan kampanye isu-isu air, penyebarluasan informasi dan praktik terbaik pengelolaan air, serta mendorong dialog dan diskusi publik tentang tantangan air dalam berbagai dimensi.  

 

Ketercapaian WWF Hingga Saat ini

 

Supardiyono Sobirin menguraikan, sejak awal peringatan World Water Day pada 1993 dan penyelenggaraan World Water Forum (WWF) tahun 1997, terdapat kemajuan positif menuju pengelolaan air yang berkelanjutan, meskipun masih ada tantangan yang harus dihadapi, antara lain: tumbuhnya kesadaran global tentang pentingnya pengelolaan air yang berkelanjutan; adopsi target-target terkait air dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs); peningkatan investasi dalam infrastruktur air dan sanitasi di banyak negara; pengembangan teknologi dan inovasi dalam efisiensi penggunaan air; dan peningkatan kerjasama regional, serta internasional dalam pengelolaan sumber daya air lintas batas.

 

Masih menurut Supardiono Sobirin, “diakui masih ada kesulitan untuk mengukur progres secara pasti dalam bentuk persentase dari tujuan akhir (ultimate goal),” urainya.  Diakui, bahwa pengelolaan air yang berkelanjutan merupakan proses yang kompleks dan berkelanjutan, dengan target-target yang terus berkembang seiring waktu. Jika harus memperkirakan, mungkin sekitar 30-40% dari tujuan akhir telah tercapai sejak tahun 1990an, sebagai base level awal hingga 2024.

 

Adapun sederet Kendala yang dihadapi oleh unsur pentahelix atau stakeholders dalam pengelolaan air yang berkelanjutan, antara lain: kurangnya pendanaan dan investasi yang memadai; keterbatasan kapasitas dan infrastruktur di banyak negara ; kurangnya koordinasi dan kerjasama antar pemangku kepentingan ; konflik kepentingan dan prioritas yang berbeda; dampak perubahan iklim yang semakin parah ; pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang cepat.  

Namun demikian, ada beberapa alternatif solusi yang mungkin workable untuk menyelesaikan kendala, di antaranya; peningkatan investasi dalam infrastruktur air dan sanitasi yang tepat guna; membangun kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia; mempromosikan kerjasama dan koordinasi antar pemangku kepentingan; mengembangkan kebijakan dan regulasi yang komprehensif dan terintegrasi; mendorong adopsi teknologi dan inovasi dalam pengelolaan air ; memperkuat kerjasama regional dan internasional dalam pengelolaan air lintas batas; meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam konservasi air ; mengintegrasikan pengelolaan air dengan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

 

Dalam konteks situasi dan kondisi komitmen global, menurut aktivis lingkungan Supardiono Sobirin diperlukan,”komitmen pemerintahan di seluruh dunia untuk mencapai ultimate goal ketersediaan air yang berkelanjutan, karena belum sepenuhnya kuat dan merata,” paparnya dengan menambahkan –“Masih ada kesenjangan antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang dalam hal kemampuan dan prioritas pengelolaan sumber daya air.”

 

Diuraikan lebh lanjut daftar negara-negara yang perlu dibantu dalam hal pengelolaan air yang berjelanjutan, di antaranya: negara-negara di wilayah Afrika Sub-Sahara yang mengalami kelangkaan air akut dan tingkat akses air yang rendah; negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara yang menghadapi kekeringan parah dan keterbatasan sumber daya air; negara-negara kepulauan kecil di wilayah Pasifik yang rentan terhadap dampak perubahan iklim dan kenaikan permukaan laut ; negara-negara berkembang dengan populasi besar yang menghadapi tantangan dalam penyediaan air bersih dan sanitasi yang memadai ; negara-negara yang dilanda konflik, atau bencana alam yang mengalami kerusakan infrastruktur air dan kesulitan dalam akses air bersih.

 




Lebi lanjut, disinggung pula pihak-pihak yang dapat memberikan bantuan kesulitan pengelolaan air, di antaranya dari ; organisasi internasional seperti PBB, Bank Dunia, dan lembaga donor bilateral maupun multilateral ; negara-negara maju dengan sumber daya dan teknologi yang memadai dalam pengelolaan air ; organisasi non-pemerintah (NGO) yang berfokus pada isu air dan sanitasi ; sektor swasta dan perusahaan multinasional melalui investasi dan transfer teknologi ; kerjasama regional antar negara-negara yang berbagi sumber daya air lintas batas.

 

Optimis …

 

Selanjutnya, ditengah permasalahan keberlanjutan pengadaan air, menurutnya kita harus tetap optimis, ditengah adanya tantangan besar. Adapun alasn bahwa kita harus tetap optimis, di antaranya: adanya peningkatan kesadaran global: Isu air telah menjadi perhatian global yang semakin meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Ini tercermin dari diperingatinya World Water Day setiap tahun dan diselenggarakannya World Water Forum secara berkala 3 tahun sekali. Kesadaran ini menjadi modal penting untuk mendorong aksi nyata.

 

Lainnya, kemajuan teknologi yang terus berkembang, di antaranya perkembangan teknologi daur ulang air, desalinasi, pendeteksian kebocoran pipa, dan irigasi presisi membuka peluang untuk pengelolaan air yang lebih efisien dan berkelanjutan. Lainnya, terjadi peningkatan kerjasama internasional dan regional, serta global dalam pengelolaan sumber daya air lintas batas telah meningkat.

 

Kecenderungan Mengabaikan Kearifan Lokal

 

Dalam paparan lanjutannya, dijelaskan bahwa konsep teknologi modern sering mengabaikan pengetahuan masyarakat lokal, sehingga selalu ada gap antara unsur otoritas penguasa dengan masyarakat lokal. Ada anggapan pada zaman sekarang ini, bahwa pengetahuan tradisional atau local wisdom, dianggap oleh otoritas penguasa telah menjadi mitos karena zaman sudah berubah.  

 

Faktanya, pengabaian pengetahuan masyarakat lokal dalam penerapan teknologi modern dapat menyebabkan kesenjangan dan konflik antara otoritas dengan masyarakat setempat. Pengetahuan lokal yang telah teruji dan diturunkan selama berabad-abad seringkali mengandung kearifan dalam beradaptasi dengan lingkungan setempat.

 

Maknanya, meskipun perubahan iklim, pola hidup, dan faktor lainnya telah memengaruhi kondisi saat ini, tidak seharusnya pengetahuan tradisional atau kearifan lokal dianggap sebagai mitos. Justru pengetahuan tersebut dapat menjadi sumber inspirasi dan pelajaran berharga dalam mencari solusi yang berkelanjutan dan sesuai dengan konteks lokal.

 

Idealnya, Penerapan teknologi modern seharusnya tidak menghilangkan atau menggantikan pengetahuan lokal secara utuh, tetapi mengintegrasikannya dengan bijak. Kombinasi antara pengetahuan tradisional dan teknologi modern dapat menciptakan solusi yang lebih efektif, berkelanjutan, dan diterima oleh masyarakat lokal.

 

Pelibatan masyarakat lokal sejak awal dalam proses pengambilan keputusan dan penerapan teknologi sangat penting. Hal ini dapat membangun kepercayaan, menghargai pengetahuan lokal, dan memastikan bahwa solusi yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan konteks masyarakat setempat.

 

Otoritas atau pemerintah perlu menghargai dan melindungi pengetahuan tradisional masyarakat lokal sebagai bagian dari kekayaan budaya dan warisan yang berharga. Pengetahuan ini dapat menjadi sumber pembelajaran dan inspirasi dalam mencari solusi yang berkelanjutan dan sesuai dengan kondisi lokal.

 

Global Road Map Hingga 2050

 

Global road map pengelolaan air berkelanjutan sampai dengan 2050 antara lain terkait dengan jumlah penduduk dunia. Jumlah penduduk dunia pada tahun 2024 diperkirakan mencapai 7,9 miliar jiwa. Pada tahun 2050, populasi global diproyeksikan meningkat menjadi sekitar 9,7 miliar jiwa. Peningkatan populasi ini akan meningkatkan permintaan air bersih, dan meningkatkan tekanan pada sumber daya air bumi yang terbatas.

 

Berikut alternatif 10 langkah normatif global road map pengelolaan air berkelanjutan sampai dengan 2050:

1) Memetakan dan memantau sumber daya air secara komprehensif di seluruh dunia untuk memahami ketersediaan dan kualitas air.

2) Meningkatkan efisiensi penggunaan air di sektor pertanian, industri, dan rumah tangga melalui teknologi hemat air, kebijakan, dan kampanye kesadaran.

3) Mengembangkan dan mengimplementasikan sistem daur ulang dan pengolahan air limbah yang efektif untuk meminimalkan pembuangan air tercemar ke lingkungan.

4) Melindungi dan memulihkan ekosistem air tawar seperti sungai, danau, dan lahan basah untuk menjaga keseimbangan siklus air alami.

5) Mengembangkan infrastruktur dan teknologi penyimpanan air seperti waduk, tangki penampungan, dan sistem irigasi yang efisien.

6) Mempromosikan praktik pertanian berkelanjutan yang menghemat air, seperti irigasi tetes, pertanian akuaponik, dan pengelolaan lahan yang tepat.

7) Meningkatkan kerja sama internasional dan pengelolaan sumber daya air lintas batas negara untuk mencegah konflik dan memastikan akses air yang adil.

8) Memperkuat kebijakan dan peraturan tentang konservasi air, penggunaan berkelanjutan, dan pencegahan pencemaran.

9) Mengintegrasikan pengelolaan sumber daya air ke dalam perencanaan pembangunan perkotaan dan pedesaan yang berkelanjutan.

10) Meningkatkan pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konservasi air dan praktik penggunaan air yang bertanggung jawab.

 

DAS CItarum …

 

Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum Sebagai Show Case pada WWF X di Bali. Meskipun target indeks kualitas air (IKA) Sungai Citarum pada tahun 2024 dan 2025 belum tercapai, namun program Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum sesuai Perpres No. 15 Tahun 2018, masih dapat dijadikan sebagai show case dalam World Water Forum ke-10 di Bali. Berikut 10 butir yang dapat ditonjolkan:

1) Komitmen kuat pemerintah Indonesia dalam mengatasi masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan di DAS Citarum melalui Perpres No. 15 Tahun 2018.

2) Pendekatan terintegrasi dan kolaboratif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan (pemerintah, swasta, masyarakat, akademisi, dan media) dalam pengelolaan DAS Citarum.

3) Upaya pemberdayaan dan pelibatan masyarakat sekitar dalam program-program konservasi, penghijauan, dan pemantauan kualitas air.

4) Pengembangan teknologi dan inovasi dalam pengolahan air limbah, seperti instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan sistem bioremediasi.

5) Peningkatan infrastruktur pengelolaan air, seperti pembangunan waduk, jaringan pipa, dan sistem drainase.

6) Penegakan hukum terhadap pelaku pencemaran sungai dan perusakan lingkungan di kawasan DAS Citarum.

7) Upaya rehabilitasi dan revitalisasi lahan kritis serta penghijauan daerah tangkapan air di sepanjang DAS Citarum.

8) Pengembangan pariwisata berkelanjutan dan ekonomi hijau di kawasan DAS Citarum sebagai alternatif sumber penghasilan masyarakat.

9) Kerja sama antar pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) dalam pengelolaan terpadu DAS Citarum yang melintasi batas administrasi.

10) Monitoring dan evaluasi berkala serta penyesuaian strategi pengelolaan DAS Citarum berdasarkan pembelajaran dan umpan balik dari lapangan.

 

Alternatif Agenda Aksi Indonesia 2024-2045

 

Berikut adalah Alternatif Agenda Aksi Indonesia 2024-2045 yang workable untuk pemerintah Indonesia sebagai anggota WWF dan upaya memenuhi kebutuhan sumber daya air bagi rakyat Indonesia:

1) Memperkuat komitmen dan kepemimpinan dalam pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, dengan meningkatkan anggaran, memperbaiki regulasi, dan mengintegrasikan pengelolaan air dalam perencanaan pembangunan nasional.

2) Meningkatkan investasi dalam infrastruktur air bersih, sanitasi, dan sistem pengelolaan air, dengan memanfaatkan kemitraan publik-swasta dan dukungan internasional.

3) Mempromosikan efisiensi penggunaan air di sektor pertanian, industri, dan rumah tangga melalui insentif, kampanye kesadaran, dan penerapan teknologi hemat air.

4) Mengembangkan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia dalam pengelolaan sumber daya air, melalui pelatihan, riset, dan kerja sama dengan lembaga pendidikan dan penelitian.

5) Memperkuat penegakan hukum terhadap pelanggaran dan pencemaran sumber daya air, serta memberikan insentif bagi pelaku usaha yang ramah lingkungan.

6) Melibatkan masyarakat lokal dan mengintegrasikan kearifan tradisional dalam pengelolaan sumber daya air, untuk memastikan solusi yang berkelanjutan dan diterima secara luas.

7) Meningkatkan kerja sama regional dan internasional dalam pengelolaan sumber daya air lintas batas, melalui dialog, perjanjian, dan berbagi praktik terbaik.

8) Mengembangkan ekonomi hijau dan pariwisata berkelanjutan yang berbasis pada konservasi sumber daya air dan ekosistem terkait.

9) Memperkuat sistem pemantauan dan evaluasi pengelolaan sumber daya air, serta menyesuaikan strategi berdasarkan pembelajaran dan umpan balik dari lapangan.

10) Mengintegrasikan upaya pengelolaan sumber daya air dengan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang.

 

 

Rekomendasi untuk alternatif solusi DAS Citarum

 

Demi menindaklanjuti idealisasi pengelolaan perbaikan DAS Citarum, diperlukan: komitmen dan upaya terintegrasi dalam pengendalian pencemaran dan kerusakan DAS Citarum, dengan melibatkan semua pemangku kepentingan; peningkatan investasi dalam infrastruktur pengolahan air limbah dan sistem drainase di sepanjang DAS Citarum ; memperkuat penegakan hukum terhadap pelaku pencemaran dan perusakan lingkungan di kawasan DAS Citarum ; memperluas program pemberdayaan dan pelibatan masyarakat lokal dalam konservasi, penghijauan, dan pemantauan kualitas air ; mengembangkan teknologi dan inovasi dalam pengolahan air limbah dan bioremediasi yang sesuai dengan konteks lokal.

 

Sebagai penutup menurut Supardiyono Sobirin, idealisasi pengelolaan perbaikan DAS Citarum ini, dipertpulan tindakan tambahan, berupa ; mempromosikan praktik pertanian berkelanjutan dan ekonomi hijau di kawasan DAS Citarum sebagai sumber penghasilan alternatif bagi masyarakat ;               meningkatkan kerja sama antar pemerintah daerah dalam pengelolaan terpadu DAS Citarum yang melintasi batas administrasi ; memperkuat upaya rehabilitasi dan revitalisasi lahan kritis serta penghijauan daerah tangkapan air di sepanjang DAS Citarum; mengembangkan pariwisata berkelanjutan berbasis konservasi sumber daya air dan ekosistem di kawasan DAS Citarum ; melakukan monitoring dan evaluasi berkala, serta menyesuaikan strategi pengelolaan DAS Citarum berdasarkan pembelajaran dan umpan balik dari lapangan. (HS/SS)

 

Bahan Bacaan

[1]          Gain, A. K., Giupponi, C., & Wada, Y. (2016). Measuring global water security towards sustainable development goals. Environmental Research Letters, 11(12), 124015.

[2]          Garrick, D., & Hall, J. W. (2014). Water Security and Society: Risks, Metrics, and Pathways. Annual Review of Environment and Resources, 39, 611-639.

[3]          World Water Council. (2023). World Water Forum. https://worldwaterforum.org/

[4]. (2019). The United Nations World Water Development Report 2019: Leaving No One Behind. UNESCO.

[5] United Nations. (2023). World Water Day 22 March.  https://www.un.org/en/observances/water-day

 

 


Sumber Daya Air Berkelanjutan & WWF di Bali – Rekomendasi Buat Indonesia & DAS Citarum Sumber Daya Air Berkelanjutan & WWF di Bali – Rekomendasi Buat Indonesia & DAS Citarum Reviewed by Harri Safiari on 19.52 Rating: 5

Tidak ada komentar