Wartawan JBN berlatih Tenis di Kodiklat AD, Abah Landoeng (98) Turun Gunung Sambil Berbagi Kisah …



Siap-siap dan berlatih terus menjelang JBN Cup ... (foto: Jay & Handry).


 


Algivon.com – Kembali, menyambut kegiatan setiap hari Kamis dan Jumat yang dilakoni wartawan khususnya yang tergabug dalam entitas Jurnalis Bala Negara (JBN),” ini dalam kaitan menyambut JBN Cup 2024, yang akan digelar beberapa bulan ke depan,” kata Bagoes Rinto Hadi, Sekertaris DPP JBN (27/2/2024) disela-sela latihan tenis lapangan di Kompleks Kodiklat AD di jalan Aceh No. 50 Kota Bandung.

 

Bagoes Rinto Hadi bersama beberapa anggota JBN lainnya hari Selasa itu dilatih bermain tenis lapangan oleh duet Harisman Subawijaya Ketua JBN Kota Bandung sebagai pelatih teknik yang berpartner dengan  pelatih kampiun Abah Landoeng (98). Tak pelak kehadiran duet pelatih ini, menarik perhatian anggota JBN Achmad Ariesmen yang sehari-hari sebagai Pemimpin Redaksi tandabaca.id.

 

 “Justru menurutku, kali ini aku temukan kesempatan bagus, ketemu Abah Landoeng turun gunung melatih kita-kita. Ini unik, usia 98 tahun masih mampu melatih tenis. Wow, ini mah hebat dan cihuy banget, ya sehebat Superman eh mungkin Suparman ya, tua-tua keladi …makin menjadi,” seru Bung Ariesmen jurnalis asal Betawi yang sejak 1980-an berkecimpung di koran milik Harmoko, Poskota di Jakarta.    

 

Cuplikan itu…

 

Nah, ini dia cuplikan paparan Bung Ariesmen, yang di antaranya memuat apa dan siapa tokoh multi facet Abah Landoeng dalam konteks dunia tenis lapangan.  Abah Landoeng yang tercatat lahir pada 11 Juli 1926 di Bandung, dalam pengakuannya ia sudah belajar menjadi pemungut bola tenis, sejak usia 7 tahunan.



Aksi Abah Landoeng (98) saksi hidup sejarah Bandung dan Jawa Barat serta NKRI - masih kuat melatih tenis lapangan di Kodiklat AD Jl. Aceh Kota Bandung (27/2/2024) (Foto: Jay & Handry).



 

“Paling sering memungut bola tenis di lapangan tenis sekarang itu di Jalan Ambon No 2 Bandung, dekat gedung Saparua,” kata Abah Landoeng disela-sela istirahat melatih para jurnalis JBN. Lebih lanjut kata Abah Landoeng yang kini tinggal di daerah Central Kota Cimahi bersama istrinya Ibu Sani, momen itu terjadi pada tahun 1930 hingga 1942. Setelah itu, di era kemerdekaam, "Abah baru bisa menjadi pelatih sepenuhnya pada tahun 1945 hingga 1970an, dengan profesi utama sebagai guru SMPN 2 dan 5 Kota Bandung,” jelasnya sambil mengukur tensi aliran darah ke beberapa jurnalis JBN yang dilatihnya pada hari Selasa itu.

 

Hal cukup menarik, alias suka-duka yang dialami Abah Landoeng saat menjadi pemungut bola tenis, di lapangan yang saat ini berlokasi di Jalan Ambon No. 2 yang bersebelahan dengan Taman Maluku. Dirinya, sempat kena straap (hukuman), tak lain mengalami hidup di jeruji besi atau penjara selama dua hari.

 

“Hari pertama pada tahun 1942 itu, Abah dijebloskan ke penjara Banceuy, dan hari kedua dipindah ke penjara yang berlokasi LP Sukamiskin kini tempat para koruptor diganjar hukumnan,” kata Abah Landoeng dengan nada datar.

 

Gegara itu …

 

Yang lebih unik, masih dari kisah dari Abah Landoeng yang multi facet itu,”Abah dibui kala itu, karena persoalan sepela. Petenis Belanda yang saat itu berprofesi sebagai Jaksa. Gagal menangkap bola yang dilempar Abah sesuai instruksi Abah.”

 

Kesal sang Jaksa tidak bisa menangkap bola yang dilempar Abah, tak pelak pejabat tinggi ‘Kejari Kota Bandung’ kala itu, marah besar. Ini dialog atau ujaran panas antara Abah Landoeng dengan sang ‘Kejari Kota Bandung’ kala itu. Bila diartikan dalam Bahasa Indonesia saat ini, kira-kira:

 

"Inlander bodoh, tolol, goblok!" ujarnya

 

Abah yang kesal, maklum saat itu sudah remaja marah juga. Lalu mengucapkan, kata-kata campuran Bahasa Belanda dan Bahasa Sunda.

 

"Kamu juga, bebel siah! Godverdomme, jawab Abah Landoeng cukup lantang.

 

Mendengar jawaban Abah. Mungkin karena ada bahasa godverdomme, sang ‘Kajari Kota Bandung’ itu marah besar, akibatnya Abah Landoeng sempat di-straap, katanya. “Ya, gara-gara miskomunikasi saat memungut bola tenis,” ujar Abah Landoeng sambil terkekeh-kekeh.  

 

Yang unik lagi, kata Abah Landoeng, seusai dirinya menjalani hukuman, sang ‘Kajari Kota Bandung’ yang Belanda totok itu, kepada orang tuanya, mengatakan: “Itu, upaya disiplin, karena dia sayang kepada Abah Landoeng.”

 

Sukanya, Abah …


Abah Landoeng disela-sela melempar bola tenis,”Abah setiap hari bisa dapat penghasilan satu hingga dua ketip atau 1/5 Golden. Satu ketip 10 sen. Satu Golden 10 ketip.Uang itu Abah manfaatkan mengajak 5 sampai 10 teman, makan makan mewah, ukuran saat itu.”

 

Masih dalam ingatannya, ada beberapa teman yang kerap diajak makan itu diantaranya Kolonel Darsono eks Komandan Dewaruci pertama.ya, sekarang sudah almarhum, tentunya,” kata Abah Landoeng.

 

Yang kedua, Mispar, eks Komandan Husein Sastra Negara Bandun dan eks Komandan Bandara Sulaiman, di Kota Bandung. Tentu, kedua tokoh itu saat itu era 1950 – 1960-an cukup tenar di Kota Bandung dan Jawa Barat.

 

Edi Soedradjat …

 

Ini cerita lain lagi tentang Abah Landoeng saat menjadi pelatih tenis, “beberapa murid Abah di antaranya Jenderal Edi Soedrajat, Jenderal Aang Kunaefi dan bebersp lainnya.”

 

Saat Abah Landoeng melatih Edi Soedraja, tiba-tiba Jenderal itu permisi ke toilet, namun tiba-tiba datang perwira tinggi, ia mau mengantar surat. Yang aneh, justru Abah disuruhnya mengantarkan surat itu.

 

Tanpa disangka, jenderal Edi Soedrajat keluar dari toilet, bertanya kemana gurunya? Perwira tinggi itu bilang, tadi saya suruh mengantar surat.

 

"Itu guru saya. Nggak sopan kamu. Minta maaf!" kata Edi Soedrajat dengan wajah berang.

 

Perwira tinggi itu, kaget! langsung ia meminta maaf berkali-kali dengan gerakan hormat ala militer ke Jenderal TNI Edi Soedrajat.



Hebatnya Abah Landoeng ke lapangan tenis ia membawa sendiri peralatan pengukur tensi darah,"biar semua 120/80," ujarnya. Lainnya, ia berteori dengan latihan tenis, sedikitnya ada 2.000 gerakam selama 2 jam dilakukan seseorang. Dalam dunia olahraga dari ilmu yang didapat selama mengikuti kuliah di APD (Akademi Pendidikan Djasmani) - era 1970-an,"nah dari tabungan 2.000 gerakan itu bila dilakukan rutin selama satu tahun (seminggu sekali atau dua kali), insya Alloh akan memperpanjang umur kita selama 2 tahun!" kata Abah Landoeng sambil menunjuk seseorang ahli berkebangsaan Belanda sebagai rujukannya. (Foto: Jay).


 

Masih soal Perwira Tinggi yang ‘lancung’ itu, beberapa hari kemudia, ia datang ke SMPN 2 Kota Bandung ke tempat Abah.mengajar. Di sana Jenderal Bintang satu itu, meminta maaf, tentunya dengan membawa buah tangan.

 

”Nah, ini sedkit kisah gara-gara berhubungan dengan olahraga tenis dari masa lalu. Masih banyak kisah unik lainnya, tapi cukup dulu ya?” pungkas Abah Landoeng yang dikenal sebagai guru sekolah dari penyanyi balada Indonesia Iwan Fals alias Virgiawan Liestanto (63), kala menimba ilmu di SMPN 2 Kota Bandung era 1970-an.  

 

Last but not least, seusai para wartawan JBN berlatih tenis hari itu, siangnya menyempatkan dirimengunjungi ruang kerja Bapak KAPEN, Letkol Inf. Hendra Mirza, S.E., M.Si. “Namun sayang nih rekan-rekan, Pak KAPEN hari ini sedang di luar kantor. Katanya, nanti saja kita janji ketemuan seusai latihan pada Jumat minggu ini,” pungkas Bagoes Rinto Hadi. (HS/Ariesmen)


Wartawan JBN berlatih Tenis di Kodiklat AD, Abah Landoeng (98) Turun Gunung Sambil Berbagi Kisah … Wartawan JBN berlatih Tenis di Kodiklat AD, Abah Landoeng (98) Turun Gunung Sambil Berbagi Kisah … Reviewed by Harri Safiari on 20.17 Rating: 5

Tidak ada komentar