Rintihan Aden S Sastrawijaya, Forum Jabar Selatan: Lingkungan Rusak Berat, Oknum Penambang 'R' Kumat Lagi ...

Warga di Kampung Cibodas Kecamatan Jampang menutup penambangan emas secara liar (2020) - 'Kami yang di bawah sudah cape dengan upaya penutupan ini. Tolonglah yang berwenang lebih giat memperbaiki lingkungan lebih serius, jangan hanya seremoni belaka,' kata Aden SS dalam rintihannya  (dok. Foto- Tony Francis)

Algivon --  Pada Rabu, 4 November 2020 redaksi untuk kesekian-kalinya menerima laporan dari Aden S Sastrawijaya, Pegiat Lingkungan yang tergabung pada Forum Jabar Selatan, yang juga dikenal sebagai Koordinator Gemuruh Puncakbuluh Sukabumi Selatan, intinya dirinya melaporkan betapa di Sukabumi Selatan khususnya di Pajampangan kondisi lingkungan akhir-akhir ini semakin rusak:

“Oknum R S alias Rusli R kembali aktif selaku penambang nakal. Padahal, warga sepakat hingga terbit penghentian jalur angkutan pasir besi oleh PT. KSP sejak 14 Mei 2020, yang diteken oleh Adm. Utama KKPH Sukabumi, Agus Yulianto, “ ujar Aden SS sambil menambahkan –“Kondisi jalan itu resak sangat sangat berat. Padahal untuk jalur terbatas di situ ada tiga Kampung (Koloni) Cikawung, Ciroyom, dan Ciwaru. Ini satu-satunya akses dari warga terpencil untuk ke Cibitung, Jampang, dan Surade. Duh, sekarang jalur ini yang rusak dimonopolistik, Ampun deh penambang nakal itu kumat lagi…”.

Lebih lanjut Aden SS dalam keluhannya yang lebih mirip kata rekan-rekan di kantor redaksi sebagai rintihan: “Siapa yang memberi ijin jalur, melewati wilayah kerja Perum Perhutani RPH Karangbolong, BKPH Jampangkulon, KPH Sukabumi, koq pasir besi bisa lewat jalur ini?”

Masih dalm konteks ‘rintihan’ Ade SS, ia meminta dengan sangat:”Khususnya Perhutani tolong turun segera, lakukan sidak saat ini. Kalau bisa, juga dari unsur Provinsi (Dinas ESDM Jabar), bahkan dari pusat seperti Kementerian LHK, DPKLTS (Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda), BKSDA coba deh turun ke bawah, dinas dan Lembaga terkait secara terintegrasi, terutama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Penambangan ini ada di koridor pesisir pantai Jabar Selatan. Hari ini sudah terjadi abrasi, ya perluasan permukaan air laut, ini bahaya kalau didiamkan?!”

Aset, Gigi Hiu Megalodon

Keprihatinan lain dalam rintihan Aden SS, ini mengacu pada tulisan T Bachtiar, anggota Masyarakat Geografi Indonesia dan Kelompok Riset Cekungan Bandung yang terbit pada 2015. Menurut T Bachtiar, fosil gigi hiu purba (rerata sebesar telapak tangan) yang ditemukan di Desa Cikarang, Kecamatan Cidolog Kab. Sukabumi, sangatlah menarik perhatian banyak kalangan.

Alkisah menurut T Bactiar, Kawasan Jampangkulon sejatinya sejak era Oligo – Miosen atau sekitar 25 juta tahun lalu sudah menjadi daratan. Namun dalam evolusinya yang dinamis, karena ada sesar turun yang memanjang dari barat – timur, secara evolutif kawasan ini mengalami penurunan yang berarti.

Akibatnya, pada kala Pliosen antara 5 – 1,8 juta tahun lalu, kawasan Jampangkulon kembali berada di bawah permukaan laut, dan binatang koral tumbuh subur, juga berbagai binatang laut lainnya. Saat ini bila ditemukan bebebrapa fosil gigi ikan hiu, kata T Bachtiar adalah wajar.   

Sayangnya, fenomena perburuan gigi ikan hiu Megalodon yang memang sering ditemukan di beberapa tempat di Pajampangan:

”Makin marak, karena harganya yang menggiurkan. Sayangnya, aspek lingkungan dan nilai kepurbakalaannya, sama sekali tak diperhitungkan. Apalagi bekas galiannya, banyak mengakibatkan longsor,” ujarnya dengan menambahkan – “Segeralah pihak terkait, turun ke Pajampangan menertibkan fenomena yang bila dibiarkan akan semakin merusak harmonisasi alam dan manusia di daerah kami.”

Selama redaksi mengolah dan menaikkan topik berita ini, telah mengkonfirmasi perihal rintihan Aden SS ke Humas Dinas ESDM Provinsi Jabar Jl. Soekarno – Hatta No. 576 Bandung:”Saya lapor dulu ke pimpinan, hatur nuhun infonya,” tulis Ruly, Humas Dinas ESDM Provinsi Jabar.

Sementara konfirmasi redaksi tentang hal yang sama ke Kepala Divreg Jabar-Banten Perum Perhutani yang beralamat di Jl. Soekarno Hatta no. 628 Km 14 Bandung, yang daerah kerjanya banyak bersinggungan dengan fenomena penambangan yang relatif tak terkontrol di lapangan, hingga Rabu sore (4/11/2020) rupanya direspon positif:

“Siap TL (Tindakan Langsung) … nuhun infona,” tulis Kadivreg Jabar – Banten Perum Perhutani, Dicky Yuana Rady.

Sementara itu Toni Francis pegiat lingkungan selaku Koordinator Gerakan Hejo yang berbasis di Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi, hampir senada dengan Aden Saripudin, maraknya kerusakan lingkungan yang terjadi di Pajampangan, Sukabumi Selatan, khususnya galian tambang mas illegal di lahan Perhutani (Pasir Piring Hanjuang Barat) musim hujan ini rawan longsor :

“Sebaiknya, tak hanya ditanggapi dinas atau pihak terkait begitu saja. Segera, turunlah ke lapangan, lakukan tindakan lintas sektoral sesuai kapasitas dan kewenangannya. Jangan mau-lah diberi laporan A B S seperti biasa selama ini. Kita tunggu tuh TL-nya Kadivreg Jabar-Banten Perum Perhutani dan lainnya tentu…” (Harri Safiari

Rintihan Aden S Sastrawijaya, Forum Jabar Selatan: Lingkungan Rusak Berat, Oknum Penambang 'R' Kumat Lagi ... Rintihan Aden S Sastrawijaya, Forum Jabar Selatan: Lingkungan Rusak Berat, Oknum Penambang 'R' Kumat Lagi ... Reviewed by Harri Safiari on 18.01 Rating: 5

Tidak ada komentar