Menguak Peran Batang Mata (Eyestalk) pada Molting & Reproduksi Lobster: Molting Series (2)

 





O P I N I 

 

Oleh: Rita Rostika

Peneliti Lobster Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

 

 

Algivon -- Pada lobster sebagaimana krustasea lain yang mengalami proses molting, dan reproduksi sebagai dua fungsi fisiologis yang penting. Keduanya saling terkait dan dikendalikan oleh hormon antagonis yang disekresikan. Pada fungsi ini sistem saraf dan beberapa kelenjar non-saraf hadir, terdapat di wilayah batang mata (eyestalk).  Batang mata ini merupakan  organ penting yang menampung beberapa neuropeptide,  terdiri dari empat struktur ganglion seperti: lamina ganglionaris (LG), medula eksterna (ME), medula interna (MI) dan medula terminalis (MT). Medula terminalis mengecil membentuk saraf optik.  Medulla terminalis mengandung sekelompok sel neurosekretori yang disebut medulla ter minalis ganglion X, kompleks kelenjar organ-X-sinus atau organ-X (Hanstrom 1937). Organ neurohemal yang terkait dengan organ X adalah kelenjar sinus (SG), terletak di persimpangan perifer antara medula eksterna dan medula interna. Terminal aksonal yang berasal dari sel neurosekretoris di ujung organ X di kelenjar sinus, yang pada dasarnya adalah kelenjar penyimpanan. Khusus lobster berduri P. homarus homarus, SG terlihat dengan mata telanjang sebagai kebiruan yang sangat kecil dan tubuh opalescent putih (Fernandez dan Radhakrishnan 2010). SG memiliki sinus darah internal dengan terminal akson berbeda yang mengandung produk neurosekretori. Fernandez dan Radhakrishnan (2010) memetakan sel neurosecretory (NSCs) di ganglia mata, otak dan toraks dari lobster P. homarus homarus.


NSC didistribusikan hanya di MT, MI dan ME dan jumlah maksimum ada di MT. Enam jenis NSC telah diidentifikasi di ganglia optik. Berdasarkan aktivitas neurosekretorik, siklus sekretori NSC telah diklasifikasikan menjadi dua (Durand 1956; Matsumoto 1962), tiga (Mohamed 1989) atau empat (Fernandez and Radhakrishnan 2010) fase sekretori yaitu, vakuolar, sekretori, diam dan fase sintetik. Sementara banyak yang menganggap keberadaan vakuola perifer sebagai awal fase, Fernandez dan Radhakrishnan (2010) menganggap fase sintetis sebagai yang pertama fase di P. homarus homarus, diikuti oleh fase vakuolar di mana bahan neurosecretory akan diisi dalam vakuola. Kelenjar organ-X-sinus di kompleks batang mata dianggap sebagai tempat sintesis dan pelepasan hormon penghambat molting, penghambat vitellogenin dan hiperglikemik krustasea (Keller 1992).

 

Ablasi Tangkai Mata

 

Ablasi tangkai mata meningkatkan frekuensi molting, penambahan berat badan yang lebih tinggi dan karenanya mempercepat pertumbuhan krustasea. Hubungan antara ablasi mata dan moulting yang dipercepat dan pertumbuhan pada  lobster Amerika H. americanus telah ada bertahun-tahun yang lalu (Sochasky 1973). Namun tidak ada respon terhadap ablasi mata pada P. cygnus mendorong Dall (1977) untuk mempertanyakan pentingnya MIH pada lobster asia.  Namun, Quackenbush dan Herrnkind (1981) melaporkan moulting dapat dipercepat dan perkembangan gonad yang baik pada P. argus yang diablasi mata bilateralnya.

Radhakrishnan dan Vijayakumaran (1984a) melaporkan molting lebih cepat secara signifikan dan penambahan berat badan yang lebih tinggi pada P. homarus remaja, sub-dewasa, dan dewasa yang dicabut mata, walaupun  belum memasuki  musim reproduktif. Pada betina sub-dewasa dan dewasa, ketika tangkai mata mereka dihilangkan, maka yang terjadi adalah molting dan perkembangan gonad dipercepat secara bersamaan. Pada kondisi  tidak adanya MIH dan GIH, lobster lebih sering molting juga ukurannya menjadi lebih besar saat   pada setiap molting. Sebagai contoh, penimbangan juvenil P. homarus yang dipotong tangkai mata/ablasi sampai ukuran  20–25 g telah berganti kulit lima kali dalam 108 hari dibandingkan dengan tiga di kelompok control.

 

Metoda Ablasi pada Lobster

 

Proses ablasi pada lobster dapat dilakukan pada stadia remaja, dewasa maupun induk.  Perlakuan ablasi pada lobster ( E. V. Radhakrishnan dan J. K. Kizhakudan) mengakibatkan pertambahan berat badan rata-rata 1,02 g/hari pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan 0,35 g/hari pada kelompok kontrol, posisi batang mata pada lobster dapat dilihat pada Gambar 1.

 


Gambar 1.  Posisi Batang Mata pada Lobster Panulirus sp.


 

Pada lobster dewasa (berat awal rata-rata 257 g), molting kedua setelah ablasi mata selesai dalam 30,8 + 3,6 hari, dibandingkan dengan 51,3 + 18,6 hari oleh kelompok kontrol (berat awal rata-rata, 250 g).  Pertambahan  berat badan oleh P. homarus yang dihilangkan mata adalah 455 g dalam 249 hari (1,83 g/hari) (Radhakrishnan dan Vijayakumaran 1984a). Kizhakudan (2013) menemukan bahwa ablasi batang mata mengakibatkan peningkatan frekuensi molting pada remaja dan jantan dewasa dan P. polyphagus betina,  Berdasarkan riset ini  lobster yang diablasi menunjukkan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi pada setiap molting dibandingkan dengan yang tidak diablasi. Peningkatan pertumbuhan yakni  panjang dan berat karapas,  sangat tinggi di antara pejantan muda. Ablasi pada lobster jantan remaja menunjukkan peningkatan rata-rata Panjang karapas hampir 74% dalam waktu sekitar 114 hari (kenaikan 0,7% per hari), sedangkan yang tidak diablasi menunjukkan peningkatan panjang  karapas  sekitar 45% dalam 115 hari (kenaikan 0,4% per hari); kenaikan bobot  badan adalah 370% dalam 114 hari (3,3% per hari) pada jantan remaja yang diablasi, sedangkan jantan  kontrol menunjukkan peningkatan 174% dalam 115 hari (1,5% per hari). Berdasarkan penelitian ini, Kizhakudan et al. (2013) menyarankan kemungkinan untuk memperoleh pertumbuhan yang lebih baik dalam pembenihan polyphagus, terutama pada fase pertumbuhan juvenil.  Khusus lobster  stadia induk, pematangan telur dapat juga dilakukan dengan ablasi mata.  Ablasi mata ini  bertujuan untuk menghilangkan Ovary-inhibitor pada lobster. Dari hasil riset terbukti pada Panulirus japonicas hanya dibutuhkan waktu 2 minggu untuk dapat mengasilkan telur 90,000-150,000 butir.

Berdasarkan klasifikasi antara lobster (Panulirus sp)  dengan udang windu (P. monodon) yang masih satu ordo, sehingga proses ablasinya mengikuti proses ablasi pada udang windu yang sudah lebih dahulu berkembang (tahun 1980).



 Gambar 1.  Posisi Batang Mata Pada Udang Windu Panaeus sp


Pada Gambar 3 adalah Teknik ablasi mata pada induk udang, dimana dilakukan langsung pada batang matanya.

 


 

Demikian filosofi dan aplikasi ablasi batang mata yang memberikan efek baik pada proses molting dan pertumbuhan dengan sangat signifikan. Kini  semakin menarik dan semakin terkuak rahasia molting lobster itu . (HS/RR) 

 


Menguak Peran Batang Mata (Eyestalk) pada Molting & Reproduksi Lobster: Molting Series (2) Menguak Peran Batang Mata (Eyestalk) pada Molting & Reproduksi Lobster: Molting Series (2) Reviewed by Harri Safiari on 20.02 Rating: 5

Tidak ada komentar