Rahasia Pembudidaya & Nelayan Lobster Pangandaran Terkait Penangkapan, Penangann & Pengemasan hingga ke Konsumen




O P I N I  

Oleh : Rita Rostika

Peneliti Lobster-Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-Universitas Padjadjaran

 



Algivon -- Prinsip yang harus dimiliki oleh pembudidaya dan penangkap BBL (Benih Bening Lobster), maupun lobster dewasa adalah tidak merusak habitat atau ekosistem serta menjaga kelestarian sumber dayanya. Hal ini tak terkecuali, berlaku di semua wilayah belahan dunia termasuk di Kabupaten Pangandaran Jawa Barat!

Pada tulisan ini disampaikan sistem penangkapan, penanganan dan pengemasan yang dilakukan nelayan, dan pengumpul lobster di Kabupaten Pangandaran di 3 lokasi yang menjadi titik sample (Gambae 1).



Gambar 1.  Tiga Lokasi Sample Penangkapan Lobster di Kabupaten Pangandaran

Sumber : Magister Konservasi Laut FPIK UNPAD



 

Nelayan Pangandaran melakukan sistem penangkapan sesuai prinsip metode tangkap yang disarankan dalam BMP (2015) yaitu menggunakan alat tangkap Jaring (Tramel net) untuk menangkap lobster di perairan Pangandaran. Ukuran ukuran mata jaring yang digunakan untuk menangkap lobster adalah 2-5 inch. Jaring (Trammel Net) memiliki kelebihan dapat menangkap lobster dengan jumlah yang besar karena jaring yang digunakan panjang membentang.

 

Tramel Net adalah jaring yang  diperbolehkan melakukan penangkapan ikan pada jalur penangkapan 0-4 mil di seluruh Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) dalam wilayah negara Republik Indonesia (Kepmen No. 6/2010 Tentang Alat Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia; Permen No. 42/2014 Tentang Perubahan Atas Permen No. 2/2011 Tentang Jalur Penangkapan Ikan Dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan Dan Alat Bantu Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia).

 

Pada lokasi ST.1, ST.2, ST.3 jumlah nelayan yang melakukan penangkapan lobster rata-rata 50 hingga 70 orang di setiap lokasi. Daerah penangkapan lobster pada daerah terumbu karang dan tetap memperhatikan bagian dasar perairan, agar tidak merusak terumbu karang saat melakukan penangkapan. Dari ketiga lokasi tersebut, para nelayan melakukan penangkapan lobster pada sore hari, menebar jaring di sekitar daerah terumbu karang, pagi harinya diambil, setelah itu ditebar lagi jaring berikutnya, dan dilakukan terus menerus setiap hari. Musim yang sangat baik untuk penangkapan lobster di perairan Pangandaran adalah bulan Oktober, November dan Desember.

 

Pada lokasi ST.1, ST.2, dan ST.3 nelayan penangkap lobster telah memperhatikan penanganan diatas perahu dengan berhati-hati dan menggunakan bak penampungan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara di darat sebelum pengiriman. Pengiriman lobster pada ST.1 dan ST.2 para nelayan menggunakan sistem pengemasan basah (packing basah) dan pengemasan kering (packing kering), sementara pada ST.3 hanya menggunakan pengemasan kering (packing kering).  Pengiriman dengan menggunakan pengemasan kering (packing kering) dinilai lebih mudah, tidak memakan banyak tempat dan lebih efisien untuk membuat lobster tetap bertahan hidup sampai di tujuan. Berikut Tabel Data Penangkapan Lobster per Tahun di Kabupaten Pangandaran.

 

Sistem Pemasaran

 

Sistem pemasaran lobster di Madasari, Pantai Timur Pangandaran dan Majingklak dilakukan melalui beberapa pedagang pengumpul yang berperan sebagai fungsi-fungsi komersial dari produsen ke konsumen. Pada gambar, dapat diketahui bahwa nelayan memasarkan lobster ke pedagang pengumpul, bakul dan konsumen lokal, untuk konsumen lokal terdiri dari penduduk lokal dan turis.  Pedagang pengumpul membeli lobster dari bakul kemudian memasarkan lobster ke jakarta untuk di ekspor. Berikut ini merupakan alur dari pemasaran lobster di Kabupaten Pangandaran:

 

 


 Gambar 2: Jalur pemasaran Lobster di Pangandaran

 

Harga  Lobster 

 

Harga lobster di pasaran ditentukan oleh  jenis, ukuran, dan kondisi lobster.  Lobster dalam kondisi mati harganya 90% dari  harga lobster hidup. Lobster-lobster yang dijual di Madasari, Majingklak dan Pantai Timur Pangandaran rata-rata amper sama berdasarkan jenis dan ukurannya .  Harga mulai dari  Rp 250.00 sampai dengan Rp 1.200.000 per kg.  Harga lobster tersebut dapat dilihat  pada Tabel 1.

 

 Tabel . Harga Rata-rata Lobster di 3 Lokasi Penelitian (2021)


Berdasarkan hasil dari riset dapat diambil kesimpulan bahwa berdasarkan data hasil pada lokasi Perairan Madasari (ST.1),  Pantai Timur Pangandaran (ST.2), dan Majingklak (ST.3) terdiri dari 8 spesies  dari genus panulirus ada 6 spesies, dan dari genus  Thenus  ada 2 spesies. Persentase hasil tangkapan lobster yang didaratkan di 3 stasiun lokasi penelitian jenis lobster tertinggi yaitu pada lobster Pasir (Panulirus homarus), dan produksi tertinggi terjadi pada tahun 2020. Alat tangkap yang digunakan adalah jaring (Trammel net). Harga lobster menyesuaikan dengan jenis dan ukuran, nelayan di Pangandaran patuh terhadap peraturan yaitu tidak menangkap benur, di 3 stasiun tidak melakukan budidaya lobster. (HS/RR)

 

 

 


Rahasia Pembudidaya & Nelayan Lobster Pangandaran Terkait Penangkapan, Penangann & Pengemasan hingga ke Konsumen Rahasia Pembudidaya & Nelayan Lobster Pangandaran Terkait  Penangkapan, Penangann & Pengemasan hingga ke Konsumen    Reviewed by Harri Safiari on 12.14 Rating: 5

Tidak ada komentar