Investor Budidaya Lobster Harus Tahu, Rahasia Tingkatan Profit via Efisiensi Biaya Pakan




O P I N I 



Oleh: Rita Rostika

Peneliti Lobster Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

 

Algivon -- Pada pembesaran  di alam, lobster dapat memilih pakan alami apa saja yang disukai.  Jenis pakan alami yang dimakan tergantung lokasi di mana lobster itu berada, dan itu dapat segera diidentifikasi manakala lobster tersebut dibedah, dan dianalisis isi perutnya.  Dari hasil inilah kita dapat menentukan pakan apa yang menjadi kesukaan lobster? Sejatinya, ada metoda dengan perhitungan tertentu, sehingga kita dapat mengidentifikasi makanan apa saja yang menjadi kesukaan lobster. 


Jenis-jenis pakan alami yang dimakan lobster sangat beragam, bergantung pada jenis dan tingkat umurnya. Benih lobster yang baru mencari makan, pakan utamanya adalah plankton nabati (fitoplankton), namun sejalan dengan bertambah besarnya lobster berubah pula makanannya.  Lobster  yang mampu menyesuaikan diri dengan makanannya adalah jenis yang mampu memanfaatkan makanan alami yang tersedia, sehingga lobster tersebut mampu menyesuaikan diri terhadap fluktuasi kesediaan makanan alami.


Makanan sebagai komponen lingkungan merupakan faktor ekologis yang memegang peranan penting dalam menentukan tingkat kepadatan populasi, dinamika populasi, pertumbuhan, reproduksi dan kondisi lobster. Jenis makanan suatu spesies lobster biasanya bergantung kepada umur, tempat dan waktu. Kebiasaan makan dapat dilihat dari hubungan ekologi diantara organisme di dalam perairan, misalnya bentuk-bentuk pemangsaan, persaingan dan rantai makanan (Effendie, 2002).


Bagan Apung


Bagan adalah alat tangkap yang menggunakan cahaya sebagai alat untuk menarik dan mengumpulkan ikan di daerah cakupan alat tangkap, sehingga memudahkan dalam proses penangkapan selanjutnya. Dalam operasinya bagan dilengkapi dengan jaring yang berbentuk kubus untuk membatasi gerak renang ikan kemudian diangkat agar ikan tidak dapat lolos lagi (Ayodhyoa, 1981). Selanjutnya Sofyar (dalam Hanim 1995) mengatakan bahwa bagan diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu : bagan tancap dan bagan terapung.


Berdasarkan alat pengapungnya bagan dibagi menjadi tiga golongan yaitu : 1) bagan apung satu perahu, 2) bagan apung dua perahu, 3) bagan apung memakai rakit. Bagan tancap merupakan alat penangkapan yang menetap pada suatu tempat dalam waktu tertentu sedangkan bagan apung merupakan alat penangkapan yang dapat berpindah-pindah, dan menggunakan lampu sebagai alat untuk menarik perhatian ikan. Alat ini hanya dioperasikan pada malam hari pada perairan yang arusnya tidak terlalu kuat. 


Alat tangkap bagan termasuk ke dalam alat tangkap jenis jaring angkat,  di mana proses kerjanya adalah dengan mengusahakan agar berbagai jenis ikan dan hewan air lainnya dapat berkumpul di atas jaring bagan tersebut, yang kemudian alat tangkap tersebut diangkap secepatnya (Gunarso, 1985). Selain itu bagan termasuk light fishing yang menggunakan lampu sebagai alat bantu untuk merangsang atau menarik ikan untuk berkumpul di bawah cahaya lampu (Ayodhyoa, 1981). Bagan diklasifikasikan sebagai jaring angkat, dan ada  beberapa tipe yaitu, tipe bundar, segi empat, empat persegi panjang dan lain lain. Jaring pengangkat mempunyai bingkai yang dapat menangkap ikan ketika jaring-jaring tersebut diangkat secara vertikal. Sebagian besar jaring digantung, sehingga ikan akan menghampiri jaring dengan bantuan umpan atau cahaya lampu, setelah itu jaring diangkat dengan cepat untuk menangkap ikan tersebut. Spesies yang akan ditangkap adalah ikan yang mempunyai kebiasaan bergerombolan dan suka pada cahaya lampu atau umpan. Reaksi ikan terhadap cahaya dengan kuat penerangan yang lebih kecil berkisar antara 0,01-0,001 lux (Laevastu dan Hayes, 1984). Pada umumnya sangat peka terhadap cahaya yang datang dari arah atas (dorsal) dan tidak menyukai cahaya yang datang dari bagian bawah (ventral) tubuhnya. Jika tidak memungkinkan untuk turun ke arah sumber cahaya, maka ikan-ikan tersebut akan menyebar menurut arah horizontal (Parish 1955 dalam Gunarso, 1985, Scharfe 1956 dalam. Laevastu dan Hayes, 1984). Ikan apabila dirangsang dengan cahaya lampu akan menimbulkan berbagai respon, antara lain bergerak ke atas secara tiba-tiba, dan terkejut karena shock, tetapi setelah beberapa menit ikan-ikan akan menyebar (Dragsund, 1958 dalam Benyamin, 1987). 


Respon ikan terhadap cahaya berbeda-beda tergantung kepada ukuran dan jenis ikan. Ikan  bergerak ke permukaan (ke arah lampu) secara perlahan-lahan berkumpul di sekitar lampu dalam waktu yang berbeda tergantung jenisnya.  Ikan yang bersifat fototaksis positif mempunyai labus opticus berukuran besar dan susunan syaraf pusat labus opticus berfungsi penting sebagai pusat indra penglihatan. Pada sisi labus opticus terdapat Fovea atau Lateralen Einschunurung dan ikan yang mempunyai fovea atau lateralen einschunurung umumnya bersifat fototaksis positif (Uchibaski dalam Nomura dan Yamazaki 1977). Ikan mempunyai sensitivitas yang lebih baik dalam membedakan gelap dan terang dibandingkan manusia, tapi kemampuannya untuk mengidentifikasi bentuk objek yang dilihatnya hanya sepersepuluh dari kemampuan manusia (Nomura dan Yamazaki, 1977). Ikan sebagaimana hewan lainnya mempunyai kemampuan yang luar bisa untuk dapat melihat pada waktu siang hari yang penerangannya beberapa ribu lux dan pada keadaan hampir gelap sekalipun (Gunarso, 1985). Kemampuan jarak pandang ikan juga ditentukan oleh tingkat kekeruhan perairan. Perairan dengan kecerahan yang tinggi dan terang akan menyebabkan daya penglihatan ikan lebih baik dibandingkan pada kecerahan yang rendah dan gelap (Gunarso, 1985).


Pada gambar 1, 2 dan 3 terdapat gambar alat tangkap bagan yang sebaiknya ada di dalam area budidaya lobster sebagai pengumpul pakan alami lobster.

 


Gambar 1. Alat Tangkap Ikan Bagan Tancap



Gambar 2.  Alat Tangkap Ikan Bagan Apung

 



                                                  Gambar 3.  Alat Tangkap Ikan Anco



Alat tangkap ikan yang terdapat di area KJA lobster yang dimiliki FPIK Universitas Padjadjaran Pangandaran adalah bagan.  Alat tangkap ini diaktifkan pada malam hari dengan bantuan lampu.  Jenis ikan yang sering tertangkap adalah ikan teri, udang rebon dan ikan rucah (gambar 4).



          Gambar 4. Jenis ikan yang sering tertangkap oleh bagan milik FPIK UNPAD adalah ikan teri, udang rebon dan ikan                                                                                                            rucah  sebagai pakan lobster

 


Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis, ternyata lobster lebih menyukai pakan alami dibandingkan dengan pakan buatan. Nah, apakah anda akan memasang alat tangkap bagan ini di area KJA lobster Anda? Bila ya, patutlah dipertimbangkan, semata demi meningkatkan profit via efisiensi biaya pakan. Tak lain dan tak bukan, inilah salah satu rahasia keberhasilan investasi budidaya lobster itu yang menggiurkan itu.  (HS/RR)

 

 


Investor Budidaya Lobster Harus Tahu, Rahasia Tingkatan Profit via Efisiensi Biaya Pakan Investor Budidaya Lobster Harus Tahu, Rahasia Tingkatan Profit via Efisiensi Biaya Pakan Reviewed by Harri Safiari on 21.31 Rating: 5

Tidak ada komentar